Mungkin tidak jarang kita temui para
pengendara sepeda motor (bikers) di jalan
raya yang memiliki penampilan khas dari
cara mereka berpakaian. Seperti yang sering
terindentifikasi adalah para bikers dengan
mengenakan rompi bertaburan emblem, yang
biasanya merupakan ciri dari seorang
anggota atau members klub motor tertentu.
Namun tidak banyak bikers non members
klub motor yang mengerti makna dari
masing-masing lambang yang tertempel di
permukaan rompi yang mereka kenakan,
selain praduga bahwa hal itu hanyalah
sebagai asesoris belaka.
Banyak hal yang menarik perhatian redaktur
majalah Publika ketika mengamati rompi
yang digunakan kebanyakan para bikers
anggota klub motor khususnya di kota
Bandung, karena pada kenyataannya
lambang-lambang yang mereka tempel di
rompinya tersebut bukan sekedar asesoris,
namun lebih menunjukkan ciri dan
kepribadian dari klub motor itu sendiri.
Misalnya seperti tulisan seperempat lingkaran
di bagian punggung sebelah atas yang
biasanya bertuliskan nama klub atau dalam
istilah para members disebut sebagai “Top
Rocker”, diikuti dibawahnya dengan logo klub
atau “Colours” yang biasanya disertai dengan
emblem terpisah di sebelah kanannya
bertuliskan “MC” yang merupakan kata
singkatan dari “Motor Club”, dilanjutkan
seperempat lingkaran menghadap keatas di
bagian terbawah rompi yang bisanya
tercantum domisili atau chapter dari klub
motor tersebut atau yang dikenal dengan
istilah “Bottom Rocker”. Itu semua
merupakan suatu ketentuan atau persyaratan
klub yang wajib hukumnya untuk dipenuhi
serta dita’ati oleh para anggotanya tanpa
terkecuali, selain memang memberikan rasa
kebanggaan tersendiri bila mengenakannya.
Ada “kultur intern” lain dalam klub motor
yang sangat menarik perhatian, jika kita
mengamati dengan seksama rompi atau
colours yang di gunakan beberapa
anggotanya, yaitu emblem atau patch “1%”
atau yang disebut juga dengan “1%er” atau
one-percenter.
Ihwal dari munculnya istilah One-percenter
konon dipicu oleh Pers yang meminta
Asosiasi Motorcyclist Amerika (AMA)
berkomentar tentang evaluasi keberadaan
klub-klub motor di Amerika di pertengahan
tahun 1940-an hingga 1950-an. Saat itu
AMA memberikan pernyataan resmi bahwa
bahwa 99% dari pengendara sepeda motor
adalah warga negara yang taat hukum,
sementara sisa satu persen adalah para
penjahat atau pelanggar hukum (out law).
Maka lahirlah istilah, “satu Percenters” bagi
mereka yang dianggap sebagai pelanggar
hukum atau “out law”.
Hal tersebut memunculkan ketersinggungan
dan sentimen kelompok tersendiri bagi
beberapa anggota klub motor saat itu yang
menolak AMA memberikan “penilaian khusus”
terhadap klub mereka, padahal secara
organisasi klub motor memiliki semacam
“hukum adat” yang berbeda satu sama lain
dan tidak bisa untuk dibandingkan apalagi
dinilai secara umum.
Sebagai bentuk protes terhadap pernyataan
yang dianggap sebagai hinaan tersebut
beberapa members klub motor menciptakan
logo berlian (belah ketupat) sebagai bentuk
patch yang berlabel “1%” untuk dikenakan di
rompi mereka sebagai lencana kehormatan.
Bahkan tidak sedikit juga mereka yang
sangat menentang pernyataan AMA tersebut,
menyertai Patch 1% dengan logo AMA yang
dipasang terbalik sebagai bentuk
“penghinaan” balik. Namun sejalan dengan
perkembangannya dari masa ke masa, The
1% patch juga digunakan untuk menanamkan
rasa segan dan hormat dari masyarakat
umum dan anggota klub lainnya.
Saat ini makna khusus dari logo “1%er”
memiliki pengertian yang luas bagi para
anggota klub motor, bahwa mereka hanya
berkomitmen untuk “bersepeda motor dan
persaudaraan”, di mana mengendarai sepeda
motor bukanlah sekedar kegiatan hura-hura
di akhir pekan belaka, tetapi lebih sebagai
gaya hidup bikers. Klub-klub ini menegaskan
dan menganggap bahwa lembaga penegak
hukum lokal dan nasional telah terkooptasi
oleh istilah yang melukiskan para members
Motor Club sebagai penjahat atau di
Indonesia dikenal dengan istilah “geng
motor”.
Namun dalam kesimpulannya makna dari 1%
ini sah-sah saja dimaknai secara berbeda-
beda oleh suatu klub motor, dimana biasanya
hanya diketahui oleh anggota klub tersebut.
(buy/publika)
Budi Dalton :
“Makna 1% Bagi Bikers Brotherhood,
kebalikan Dari Makna Aslinya”
Ditemui saat berkunjung ke kantor redaksi
majalah Publika, Budi Setiawan yang selama
ini akrab disapa dengan nama Budi Dalton
itu menjelaskan kepada hampir seluruh tim
redaksi Publika mengenai makna istilah
“1%er” bagi klub motor yang dipimpin-nya
saat ini, “Bikers Brotherhood MC”.
“Kalau anda semua sudah mengerti arti
istilah 1%er, maka khusus bagi Bikers
Brotherhood pengertian tersebut harus
diartikan terbalik”, demikian menurut
budayawan yang juga dikenal sebagai
anggota senior sekaligus El Presidente Bikers
Brotherhood tersebut kepada redaktur
publika.
Menurutnya setiap anggota Bikers
Brotherhood memiliki catatan kondite akan
perilaku mereka sebagai anggota, dimana
istilah “1%er” boleh di sandang oleh siapa
saja anggota yang telah memenuhi kriteria
yang tercantum dalam hukum adat klub, yang
jika dirangkum mengacu terhadap loyalitas
mereka terhadap klub dan semua
kegiatannya.
“Dalam hukum adat Bikers Brotherhood tidak
sama sekali membenarkan pelanggaran
hukum selain aturan-aturan yang
menyangkut persaudaraan antar sesama
anggota dan rasa hormat terhadap colours
yang mereka kenakan. Namun masalah
sangsi pelanggaran hukum bukan klub yang
mengatur, karena sangsi untuk urusan itu
sudah diatur oleh pihak berwajib. Jadi jika
ada anggota yang melanggar hukum, itu
merupakan urusan pribadinya dengan hukum
pemerintah. Bukan hak klub untuk
menjatuhkan sangsi”, tegas pria yang juga
dikenal sebagai seniman dan budayawan
Sunda tersebut kepada Publika.
Budi Dalton menambahkan bahwa Rompi
atau colours yang digunakan oleh setiap
anggota Bikers Brotherhood merupakan
property klub yang harus dijaga
kehormatannya dan tidak diperkenankan
untuk digunakan dalam event-event yang
tidak berhubungan dengan kegiatan klub.
“Ada sangsi administrasi bagi mereka yang
melanggar hukum adat klub, salah satunya
adalah penangguhan jenjang atau tingkatan
yang telah ditetapkan oleh klub, yaitu
Prospect, Virgin, Angel, Heaven, Hell dst”,
tambahnya.
Budi Dalton mengakui bahwa memang tidak
mudah untuk dapat mengukuhkan diri
sebagai “live member” Bikers Brotherhood.
Namun yang pasti dirinya menjamin bahwa
tidak akan mudah pula bagi seorang anggota
di tingkat manapun untuk menerima sangsi
“pemecatan” dari keanggotaannya, mengingat
ikatan persaudaraan (brotherhood) yang
begitu kuat terjalin antar sesama anggota
yang telah melewati proses panjang
perekrutan. Terkecuali bagi mereka-mereka
yang sama sekali tidak mengindahkan hukum
adat klub. (buy/sumber:Budi Dalton)

sumber: http://majalahpublika.com/mengenal-makna-logo-1er-dalam-klub-motor/